Konflik yang selalu bermain dalam pikiran mereka yang terlibat dengan investasi emas adalah;
(1) Kapan waktu terbaik untuk membeli emas?
(2) Kapan waktu terbaik untuk menjual emas?
(3) Apa item terbaik untuk dibeli?
(4) Perlu membeli / menjual sekarang atau menunggu sebelumnya?
(5) Jika Anda menjual sekarang, ada langkah untuk membelinya kembali ke harga yang sama pada harga pertama.
Jika ada konflik seperti itu, itu sebenarnya bukan masalah harga emas naik atau turun. Masalah sebenarnya adalah kita masih di persimpangan jalan apakah antara mengumpulkan GRAM emas atau memaksimumkan RM (uang tunai)? Konflik seperti ini tidak akan selesai selama kita belum menentukan posisi kita yang sebenarnya dalam investasi emas.
Tentukan posisi diri sendiri
Apabila melibatkan diri dalam investasi emas, tentukan terlebuih dulu dimana posisi kita yang sebenarnya. Apakah kita ini sebagai 1) penyimpan, 2) investor, ataukah 3) pedagang emas? Atau mungkin kita mengambil semua posisi tersebut, tetapi kita pecahkan DANA kita untuk ketiga posisi tersebut, yaitu:
- Penyimpan
Sekiranya kita ingin membeli emas untuk simpanan jangka panjang, maka kita perlu fokus kepada pertambahan jumlah GRAM. Jika ada uang berlebih untuk simpanan jangka panjang, tukarkan saja ke bentuk emas. Tidak masalah jika harga naik atau pun turun, yang terpenting adalah kepingan-kepingan emas kita senantiasa terus bertambah. Apalagi jika harga emas jatuh, itulah BONUS untuk kita.
Permasalahannya, jika kita ingin mencari uang untuk menambah emas, dimana kita akan mencarinya?
Jawabannya, tidak ada teknik ajaib. Sekeping emas tidak dapat berbuah menjadi dua keping. Carilah uang, dari uang gaji ataupun hasil dari bisnis. Tidak ada istilah membuahkan emas menggunakan kaedah gadai emas (kononnya), yang akhirnya hanya membuahkan hutang.
- Investor
Kalau membeli emas dengan tujuan untuk dijual ketika harga naik, maka fokus kita seharusnya pada pertambahan mata uang Ringgit atau Rupiah saja. Jangan pedulikan jumlah gram emas yang kita dapat. Yang terpenting adalah memaksimalkan nilai mata uang Ringgit atau Rupiah saja. Emas itu tidak penting. Emas hanyalah alat untuk memaksimalkan nilai mata uang RM atau Rupiah saja.
Katakanlah kita memulai dengan pembelian senilai RM10 ribu atau sekitar Rp34 jutaan, dengan harga itu kita bisa mendapat 60 gram emas (pada saat buku ini ditulis). Jika harga emasnya naik menjadi RM11 ribu atau sekitar Rp38 jutaan dan telah mencapai target keuntungannya, maka langsung saja dijual. JANGAN tunda, JANGAN tunggu dan JANGAN ada rasa sayang kepada emas. Sebab, jika ada rasa sayang untuk tidak dijual, maka itu akan bermasalah.
Apabila harga emas jatuh, mulailah untuk membeli lagi emas tersebut dengan modal awal (RM10 ribu atau sekitar Rp34 jutaan) itu tadi. Tidak penting berapa gram pun yang akan kita dapat, bisa jadi kita hanya dapat 55 gram saja dari hasil modal pembelian kedua. Itu tidak apa-apa, sebab disini kita tidak berfokus untuk mengumpulkan jumlah GRAMnya, tapi yang kita utamakan adalah jumlah mata uangnya saja (RM atau Rupiah). Hasil dari pembelian yang pertama sebelumnya kita telah mendapatkan seribu Ringgit dari modal yang RM10 ribu dan itu adalah keuntungan.
Baik, sampai disini mengerti ya?
- Pedagang
Bagi siapapun yang ingin menambah jumlah GRAM emas dan sekaligus memperoleh keuntungan dari mata uang, posisi terbaiknya adalah menjadi dealer atau agen dari Perusahaan jual-beli emas. Dealer emas berpeluang besar untuk mendapatkan kedua-duanya, karena seorang dealer emas tidak saja berada sebagai seorang investor (atau juga penyimpan), tetapi mereka juga telah memiliki ‘pondasi’ kuat sebagai pedagang. Disamping mereka bisa mengumpulkan GRAM emasnya, mereka juga bisa mendapatkan keuntungan dari berdagang emas berupa nilai mata uang yang bertambah.
Emas bertambah, uang pun juga semakin bertambah.
Masih bisa dimengerti ya?
Dua Posisi Dalam Satu Keadaan
Jika tidak menjadi seorang pedagang emas, bolehkah kita menjadi penyimpan emas yang sekaligus berposisi sebagai investor emas?
Jawabannya adalah Boleh! Adapun syaratnya kita perlu mengorbankan dana yang kita punya. Contohnya, kita punya uang RM30 ribu atau sekitar Rp90 jutaan. Mungkin dari uang tersebut kita bisa minimalkan nominalnya menjadi 2 bagian, RM15 ribu atau sekitar Rp45 jutaan, digunakan untuk beli emas sebagai simpanan. Adapun RM15 ribu nya atau sekitar Rp45 jutaan lainnya, kita gunakan untuk modal berinvestasi. Dana yang pertama kita fokuskan untuk menambah gram emas, dan dana kedua kita maksimalkan untuk menambah nilai mata uang RM atau Rupiah, dengan strategi buy low sell high, yaitu dengan membeli ketika harganya rendah dan menjualnya ketika harganya tinggi.
Bagaimana caranya kita bisa tahu kalau harganya itu “low” dan “high” dengan tujuan untuk berinvestasi?
Agar lebih memahami lagi soal naik-turunya harga emas, kita perlu mempelajari dan mendalami ilmu yang yang dinamakan “Analisa Teknikal Harga Emas” yaitu dengan mengenal secara pasti apa yang dimaksud dengan ‘harga lantai’ (harga dasar) dan ‘harga atap’ (harga atas). Agar seorang investor dapat membeli emasnya dengan harga dasar dan kemudian menjualnya dengan harga atas. Ilmu ini sangat penting bagi seorang investor, dan ilmu ini akan dianggap tidak penting bagi mereka yang hanya sekedar membeli emas dan tujuannya hanya untuk menjadi seorang penyimpan emas.