Emas bukanlah barang yang utama, sebagaimana halnya uang. Ia hanyalah aset yang memiliki nilai dan dapat dijadikan sebagai media transaksi.
Jika terjadi keadaan yang mendesak atau darurat dalam ekonomi, sudah pasti semua orang memerlukan aset yang memiliki nilai untuk melanjutkan hidup. Uang atau emas tidak akan berguna lagi pada suatu waktu jika keadaan musibah terjadi. Sebagai contohnya, seperti kejadian banjir yang pernah menenggelamkan sebagian besar Kelantan, yaitu kawasan di salah satu daerah di Malaysia pada akhir tahun 2014 yang lalu.
Pengalaman dari peristiwa tersebut, kami sekeluarga merupakan salah satu dari yang lain yang terperangkap dalam musibah itu. Disaat hubungan komunikasi seperti TV, telepon, dan radio terputus sebagai akibat musibah itu, uang bukanlah hal yang diperlukan lagi, tetapi hal terpenting yang dibutuhkan adalah makanan, pakaian, penerangan, susu untuk anak, popok bayi dan lain sebagainya termasuk bahan bakar untuk kendaraan roda dua kami yang digunakan untuk mengontrol keadaan banjir.
Saat Uang Tak Bernilai Lagi
Disaat keadaan darurat seperti itu, bagi kami uang dan emas tidak lagi dianggap bernilai. Kami sanggup dan akan membayar mahal untuk mendapatkan barang-barang keperluan kami kembali, yang kami perlukan bukanlah uang, akan tetapi perlengkapan dalam menghadapi masa-masa bencana musibah. Meskipun memiliki uang yang banyak, itu sudah tidak ada gunanya. Disebabkan banyak juga para pemilik kedai atau warung yang sudah tidak menjual barang-barang keperluan di toko mereka. Barang-barang itu adalah “rizab” mereka jika banjir terus berlanjutan.
Dan hal itu nyata, dalam keadaan begitu, pastinya sangat sulit untuk menemukan barang keperluan dan kebutuhan.
Untuk mendapatkan bahan bakar kendaraan saja, saya terpaksa harus mengayuh sepeda di tengah arus derasnya banjir sejauh 30 kilometer dari Kampung Tendong (salah satu kampung di daerah Kelantan). Saya mengayuh sepeda mengarah ke Kota Bharu, akan tetapi banyak jalan yang telah ditenggelamkan oleh genangan air banjir. Dan akhirnya, saya terpaksa mencari jalur lain untuk bisa tiba di pom bensin terdekat. Akan tetapi, sesampainya di pom bensin tersebut, bahan bakar yang diperlukan telah pun habis.
Jika saya bersikeras untuk mendapatkan bensin, saya harus mengayuh sepeda lagi sekurang-kurangnya 30 kilometer untuk membelinya di Pasir Puteh!
Dalam keadaan buntu tersebut, tiba-tiba saya melihat dua anak remaja yang sedang berkendara motor membawa satu drum minyak bensin. Mereka baru saja pulang dari membeli bensin tersebut di Pasir Puteh. Kalau mau dipaksakan untuk mengayuh sepeda ke Pasir Puteh, saya pasti nyerah karena sudah tidak kuat lagi. Terlebih lagi, dalam kantong saya hanya ada uang RM 45 (sekitar Rp 160.000). Lalu saya memanggil mereka dan membeli bensin kepada mereka seharga RM 40 (sekitar Rp 140.000) yang mana harga aslinya tidak lebih dari RM 10 (sekitar Rp 35.000)!
Meskipun harganya yang mahal, namun disaat susah untuk mendapatkan barang keperluan seperti itu, uang menjadi tidak ada nilainya. Berapapun harga yang dipatok, kita akan sanggup membayarnya. Nilai mata uang menjadi tidak berharga disaat situasi seperti ini, ini sangat berbeda.
Untuk mendapatkan barang keperluan, kita perlu membayar dengan sesuatu yang bernilai sebagai alat tukar dari barang tersebut. jika uang menjadi tidak bernilai lagi, lantas apa alat tukar yang memiliki nilai yang bisa diterima?
Tentunya Emas dan Perak.
Emas Sebagai Alat Tukar
Setiap manusia di setiap zaman dan waktu percaya emas adalah barang yang bernilai. Emas bisa dipecah-pecahkan kepingannya hingga sekecil apapun ukurannya untuk dijadikan alat tukar atau transaksi berharga.
Ini bukan hal baru, ia adalah alat yang memiliki nilai simpanan yang tinggi dan menjadi alat jual beli sejak zaman dulu.
Salah seorang pakar keuangan ternama dari Malaysia bernama Azizi Ali menyarankan agar setiap dari kita perlu menyimpan sekurang-kurang 10% dari dari total nilai aset kekayaan yang kita miliki ke dalam bentuk emas, yang mana emas tersebut sebagai “asuransi” dari kekayaan kita.
Terkadang ada beberapa kendala yang pasti akan kita hadapi sebagai contoh disaat keadaan ekonomi dan politik menjadi tidak menentu, disaat itu juga para penyimpan emas akan merasakan kesusahan, akan tetapi setidaknya emas yang disimpan tidak mengalami gangguan atau kesulitan saat jual belinya. Bahkan emas bisa digunakan sebagai alat tukar untuk membangun kembali kehidupan setelah mengalami masa-masa sulit yang terjadi pada waktu sebelumnya, seperti halnya keadaan yang pernah terjadi kepada para penduduk Rantau Panjang di Kelantan saat musibah banjir pada tahun 2014 yang lalu.
Rantau Panjang terletak bersebelahan dengan Sungai Golok (perbatasan Malaysia dengan Thailand) yang mana tempat tersebut merupakan tempat pertama yang akan tenggelam ketika banjir melanda. Sekurang-kurangnya satu bahkan dua minggu segala perbekalan dan bahan kebutuhan dari luar akan mengalami kesulitan untuk dibawa masuk ke kawasan tersebut.
Warung-warung kelontong biasanya akan langsung kehabisan persedian bahan pokoknya, terlebih lagi tidak sedikit juga kantor bank yang tenggelam akibat banjir serta pembangkit listrik yang rusak dan ikut terputus. Walaupun kita memiliki uang jutaan bahkan milyaran sekalipun, jika keadaannya begitu pastinya akan sulit untuk dikeluarkan. Mesin (ATM) tidak dapat berfungsi, dan para jutawan bahkan konglomerat sekalipun akan jatuh miskin dikarenakan keadaan darurat yang sedemikian rupa.
Ada seorang teman di Facebook pernah menceritakan tentang keluarganya dan keadaan penduduk Rantau Panjang yang terpaksa harus masuk ke Thailand untuk mendapatkan barang keperluan. Sayangnya, penduduk di Thailand tidak menerima uang ringgit Malaysia sebagai transaksi jual beli.
Lantas apa yang bisa mereka lakukan?
Mereka hanya mampu menjual emas-emas mereka di Thailand untuk ditukarkan ke mata uang mereka (Thailand Baht) dan dibelanjakan untuk mendapatkan barang keperluan. Disaat keadaan darurat begitu, katanya “kepingan emas yang rusak dan patah pun akan mereka terima dan memiliki nilai. Orang Thailand tidak mau menerima ringgit, tetapi mereka menerima emas!”
Hal tersebut membuktikan bahwa dalam sepanjang sejarah kehidupan dimuka bumi ini emas digunakan sebagai uang internasional. Emas adalah uang yang tidak ada batasnya untuk digunakan dimana-mana negara atau waktu. Karena emas dapat berlaku dimana saja dan kapan saja. Apalagi disaat darurat begitu….