Rapuhnya pondasi keuangan menjadi penyebab runtuhnya kondisi ekonomi Indonesia. Berawal gagalnya pemerintah pada tahun 1996, membendung laju inflasi yang terus merambat naik mulai dari 6.5% bergerak menjadi hingga 11.5% di awal tahun 1997. Puncaknya laju inflasi tersebut kian tak terbendung hingga menembus 65% di tahun 1998, luar biasanya dalam satu tahun saja deprisiasi rupiah mencapai 600%.
Sehingga ekonomi Indonesia pun porak-poranda, nilai tukar US dollar yang di tahun 1997 masih sebesar Rp2.380 per US dollar terpuruk menjadi Rp16.650 per US Dollar. Sementara harga emas di tahun 1997 Rp23 ribuan per gram, kemudian di tahun 1998 melonjak menjadi Rp140 ribuan per gram. Tentunya hal tersebutlah yang menyadarkan saya akan pentingnya emas sebagai penyelamat di saat jatuhnya nilai mata uang. Reminder 1998?
Tahun 2015 di Malaysia, merupakan tahun yang janggal yang tidak biasa terjadi pada pada harga emas. Jika kita melihat pada grafik harga emas dunia, pada waktu itu harga emas menjadi jatuh. Harga tertinggi pada awal tahun sekitar USD 1,300.70? dan pernah mengalami penurunan serendah USD 1,050.80 per ons pada akhir tahun. Penurunan sekitar 19 persen atau secara rata-ratanya sekitar 10.7 persen. Artinya, bagi siapa saja yang membeli emas pada awal tahun dan menjualnya di akhir tahun, maka dia mengalami kerugian!
Akan tetapi pada realitanya di Malaysia tidak mengalami hal yang demikian. Pada awal tahun 2015, harga emas sekitar RM 140 (sekitar Rp 490.000) per gram. Bahkan pernah mencapai RM135 (sekitar Rp 473.000) per gram. Pada bulan Desember 2015, harga emas di Malaysia menutup tirai sekitar RM 160 (sekitar 560.000). Jika dibeli pada awal tahun dan dijual di akhir tahun, maka keuntungannya sekitar 10% (setelah dikurangi dari semua biaya yang berkaitan). Ia lebih baik dibandingkan beberapa institusi atau lembaga keuangan yang hanya sekitar 5% atau 8% saja.
Pertanyaannya, mengapa bisa begitu?
Faktor utama dalam pergerakan harga emas dunia dan Indonesia pada tahun 1998, runtuhnya ekonomi yang diawali dengan jatuhnya mata uang rupiah terhadap US Dollar, terpuruk hingga berkisar 83%. kemudian dengan kegamangan pemerintah menahan laju inflasi, hingga menembus 65%, menyebabkan hilangnya kepercayaan dan jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto. Reminder 1998?
Demikian juga dengan pergerakan harga emas di Malaysia pada tahun 2015 adalah disebabkan jatuhnya mata uang ringgit sekitar 30 persen. Keributan dalam permasalahan ekonomi dan politik yang terjadi di Malaysia pada tahun tersebut mengakibatkan harga emas di Malaysia tidak mengalami kejatuhan sebagaimana harga emas dunia, bahkan harga emas semakin naik. Maksudnya, emas telah mempertahankan kekayaan kita dari penyebab jatuhnya ringgit.
Emas bukan untuk investasi
Diantara sebab-sebab yang mengharuskan saya menyimpan emas adalah untuk melindungi kekayaan yang ada dari kehilangan nilai harga pada ringgit atau rupiah. Mari kita lihat kembali pada masa lampau, Ringgit pernah mengalami kejatuhan hingga 50 persen ketika Malaysia dilanda krisis ekonomi global pada tahun 1997. Setelah nilai mata uang ringgit mengalami kejatuhan, mantan perdana Menteri Malaysia pada waktu itu Tun Dr. Mahathir Muhammad mulai membuka mulut (berbicara) tentang emas yang dianggap memiliki nilai seperti “uang” yang lebih kokoh dan bernilai dibandingkan ringgit, sehingga beliau mendorong Bank Negara Malaysia (BNM) untuk mengeluarkan syiling emas pertama negara yaitu Kijang Emas
Demikian juga dengan Rupiah yang terdampak paling parah pada krisis moneter 1997. Nilai tukarnya terhadap US Dollar anjok hingga berkisar 83% dan nilai inflasinya tembus di atas 65%. yang mengakibatkan terpuruknya ekonomi Indonesia. Pemerintah pusat melalui para tokoh agama dan masyarakat terpaksa meminta sumbangan emas baik dalam bentuk perhiasan, koin maupun batangan, sebagai salah satu upaya meredam krisis moneter tersebut. Sayangnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, yang menolak gagasan tersebut dan berakhir dengan jatuhnya pemerintahan presiden Soeharto.
Dikarenakan faktor uang kertas pada saat ini tidak mampu berfungsi lebih sebagai uang yang sebenarnya, maka bisa saya katakan bahwa hampir semua ahli emas kompak mengatakan emas adalah SIMPANAN. Yang fungsi utamanya adalah sebagai penyimpan nilai yang kokoh, ia bukanlah aset INVESTASI yang bisa berkembang nilainya. Tetapi, jika ingin diistilahkan sebagai “simpanan”, maka banyak orang yang akan keliru atau salah paham. Jadi, istilah “investasi” lebih cocok dan nyaman untuk digunakan.
Pada hakikatnya emas adalah jalan alternatif terbaik untuk menyimpan uang, karena uang kertas yang kita gunakan pada saat ini pun pada awalnya juga bersandarkan pada emas. Jika kita telah kembali tentang sejarah emas yaitu pada 1440 tahun yang lalu (ketika zaman Nabi Muhammad SAW), harga 1 Dinar mampu membeli satu atau dua ekor kambing (tergantung kepada ukuran dan jenis kambingnya). Namun, pada hari ini, nilai 1 Dinar (jika kita tukarkan dalam bentuk nilai mata uang rupiah) masih mampu untuk kita dapatkan satu atau dua ekor kambing, tapi tidak bisa kita dapatkan 10 bahkan 100 ekor kambing sekalipun.
Artinya, kuasa atau daya beli yang ada pada emas memiliki nilai yang KEKAL meskipun terjadi berbagai macam konflik pada ekonomi dan politik dunia. Singkatnya, dengan menyimpan emas, kekayaan kita tidak akan surut dan hilang sebagaimana yang berlaku pada uang kertas.
Kepentingan Emas Dalam Keuangan
Jika ingin digolongkan, emas dapat digolongkan sebagai SIMPANAN, bukan sebagai alat INVESTASI yang sebenarnya. Ia tidak menjadikan kekayaan kita BERKEMBANG. Fungsi utamanya adalah melindungi kekayaan kita dari dampak ketidak aturan sebagai akibat tekanan ekonomi maupun politik dan juga gangguan emosional.
Dalam perencanaan keuangan yang holistic (secara keseluruhan), ada uang yang perlu disimpan dan uang yang dijadikan sebagai investasi agar bertambah nilainya. Tidak semua uang harus diinvestasikan. Meskipun terkadang tindakan yang kita ambil dianggap lebih bijak ketika ada kelebihan uang untuk berinvestasi akan tetapi kita juga harus memikirkan resiko dari investasi tersebut. Dan setiap uang pasti ada resiko dalam transaksi investasinya. Uang itu berisiko terbuang sia-sia.
Tujuan saya yang paling utama dalam menyimpan emas adalah untuk menyelamatkan nilainya. Biarlah simpanan itu tidak berkembang itu tidak apa-apa, asalkan nilai kuasa atau daya beli emas tidak hilang sebagaimana uang kertas. Untuk menambah nilainya, saya sering menggunakan uang simpanan yang lain untuk berinvestasi yang lainnya. Sebelum kita membahas tentang pengembangan nilainya, bukankah lebih baik jika kita bahas tentang membuat pembagian yang bisa menyelamatkan nilainya terlebih dahulu?
Berapa Banyak Jumlah Emas Yang Perlu Disimpan?
Perkiraan saya, setelah mencukupkan jumlah simpanan darurat seketika untuk jangka masa tiga bulan pendapatan dalam bentuk tunai di bank seperti lembaga Tabung Haji atau Bank simpanan perencanaan Haji dan tabungan berjangka. Emas pun boleh dijadikan sebagai simpanan tambahan untuk masa jangka yang lebih panjang jika digenapkan untuk enam bulan pendapatan atau lebih.
Hal itu disebabkan oleh simpanan uang yang ada dalam perencanaan Haji atau tabungan berjangka tidak terikat dengan oleh nominal nya yang tertera, akan tetapi simpanan emas tetap terjamin dari sudut nilai dan daya belinya dalam jangka waktu panjang.
Terdapat beberapa resiko dalam penyimpanan emas yaitu harganya bisa naik turun. Demikian juga dengan lembaga pengelola dana Haji atau perencanaan Haji maupun tabungan berjangka juga memiliki resiko yang sama. Terkadang kita berpikir bahwa menyimpan uang di lembaga tersebut merupakan cara yang aman dan selamat tanpa resiko apapun, dan pada kenyataanya itu adalah suatu kelemahan.
Dana simpanan yang ada di dalam lembaga tersebut juga bisa mengalami kemerosotan meskipun nominal pada angkanya tetap kekal, terutama dikarenakan inflasi dan jatuhnya mata uang rupiah atau pun ringgit. RM10 ribu atau Rp3 juta hari ini pastinya tidak sama lagi nilainya dibandingkan dengan 10 tahun yang akan datang, karena daya belinya yang makin menyusut.
Saya percaya akan nasehat dari salah seorang pakar keuangan aal Malaysia Tuan Azizi Ali, sebanyak 10% kekayaan kita perlu disimpan dalam bentuk emas. Jadi jika total nilai aset kekayaan kita RM1 juta atau Rp3 milyard, maka sejumlah 10% dari aset tersebut perlu kita simpan dalam bentuk emas. Adapun uang lainnya bisa kita investasikan atau dijadikan modal usaha di tempat lain yang kita mampu untuk mengelolanya dengan tujuan untuk MENGEMBANGKAN kekayaan itu sendiri.
Dengan menyimpan emas mungkin tidak akan membuat kita menjadi kaya-raya, akan tetapi, setidaknya dengan menyimpan emas bisa melindungi dan menyelamatkan kita dari jatuh miskin.