Sudah menjadi trend dan kebiasaan bagi para pedagang wanita di daerah Kelantan (salah satu daerah di utara Malaysia) yang menggunakan emas hingga ke lengan mereka. Banyak juga orang yang menganggap bahwa emas yang mereka gunakan adalah sekedar perhiasan saja. Akan tetapi, ketika saya perhatikan, emas-emas tersebut bukanlah sekedar perhiasan biasa, melainkan simpanan jangka panjang mereka, yang mereka jadikan sebagai harta simpanan darurat, dan juga backup atau jaminan yang akan ditukarkan kepada uang kapan pun mereka perlukan. Dan tak kalah pentingnya, mereka jadikan emas-emas yang ada di pergelangan tangan sebagai modal perputaran bisnis mereka.
Seandainya emas-emas tersebut mereka perlukan untuk modal dagang, maka mereka akan menggadaikan emas tersebut di pusat pegadaian emas atau lembaga keuangan lainnya seperti bank. untuk mendapatkan pinjaman berupa uang. Dan akhirnya, setelah urusan modal dagang selesai, mereka akan menebus kembali emas tersebut. secara tidak langsung, emas tersebut kembali ke tangan mereka dan keuntungan dari perdagangan pun menjadi hak milik mereka. Yang paling pentingnya, uang modal yang mereka gunakan tidak akan bocor dikarenakan uangnya tersimpan dalam bentuk emas.
Berdasarkan pengalaman, saya sering membantu para pembeli emas sejak tahun 2010. Berbagai macam golongan para peniaga atau pedagang yang ingin membeli emas. ada golongan pedagang kecil dan sederhana yang ingin membeli dan menyimpan emas. saya bertanya, Apa tujuannya?, jawaban mereka sama, “ingin menyimpan hasil dari uang bisnis dan sekaligus menjadikannya sebagai modal perputaran bisnis”.
Mayoritasnya mereka adalah golongan pedagang yang memulai usahanya dari bawah (project basis). Uang modal yang mereka miliki cukup terbatas dan hanya digunakan untuk beberapa kepentingan saja yaitu jika ada proyek yang membutuhkan dana tersebut. setelah proyek tersebut selesai dan mereka sudah mendapatkan uang ganti dari modal tersebut, biasanya uang itu tidak digunakan dan hanya tersimpan di dalam rekening bank.
Tuntas Problem Kebocoran Pada Modal
Permasalahan yang sering terjadi pada mereka adalah apabila uang tersebut tersimpan lama di dalam rekening bank, maka resiko terbesarnya adalah kebocoran, terutamanya untuk keperluan pribadi. Diambil sedikit-sedikit secara terus-terusan, dan lama-lama uang simpanan itu pun habis. Keuntungan pun menjadi tidak terlihat dan modal pun lenyap entah kemana.
Situasinya akan jelas berbeda jika modal bisnis tersebut diikat dalam bentuk emas. Tidak ada peluang bagi kita untuk “menyelipkan” uang modal untuk bisnis demi kepentingan pribadi. Perlu dicatat, “uang tunai untuk modal bisnis bukanlah uang pribadi”, jadi mesti bijak dalam penggunaannya. Apalagi adanya kesan “suka mengumpul emas tetapi sayang untuk diuangkan”. Maka modal tersebut lebih aman disimpan dalam bentuk emas dibandingkan uang tunai di bank.
Tuntas Problem Pinjaman Jangka Pendek
Saya diberitahu tentang beberapa masalah yang kerap terjadi bagi mereka yang memulai perdagangan dengan cara project basis adalah sulitnya mendapatkan pinjaman dalam waktu yang singkat, yaitu tempo yang cukup untuk suatu usaha yang akan dijalankan.
Syarat pinjaman yang diberikan oleh pihak bank biasanya memiliki syarat tempo minimal dua tahun, sedangkan mereka hanya membutuhkan uang pinjaman tersebut hanya untuk usaha berkisar beberapa bulan saja. Jika dibayar diawal pun tetap mendapat penalti yang juga merugikan, dikarenakan adanya angsuran pinjaman dari bank yaitu diawal syarat pinjaman, dan bagian paling besarnya untuk biaya keuntungan.
Dalam hal ini, adanya kesulitan bagi mereka dalam membuat anggaran biaya pinjaman yang akan dimasukkan kedalam biaya suatu usaha. Ini sangat berbeda dengan pinjaman yang diberikan oleh Pegadaian, yang mana lebih mudah jika jaminannya adalah emas. Ia lebih mudah untuk dihitung karena perhitungannya dalam kurun waktu bulanan yaitu sekitar 1.15 persen tiap bulannya untuk nilai pinjaman. Dengan cara seperti ini malah memudahkan mereka para pedagang untuk membuat anggaran biaya untuk suatu usaha.
Mudah Untuk Memantau Perkembangan Modal
Tidak sampai disitu, masih ada lagi tantangan yang sering terjadi bagi mereka yang berdagang dan berdagang secara kecil-kecilan dan sederhana yaitu mereka kesulitan dalam memantau kondisi perkembangan modalnya. Mereka tidak memiliki bendahara tetap yang bisa mengontrol sirkulasi keuangannya. Jika ingin direkap sendiri keuangan yang ada pastinya repot dan tidak mempunyai cukup waktu, dan kebanyakannya mereka tidak mengerti dalam merekap keuangan dalam suatu bisnis atau perusahaan.
Uang yang keluar masuk hanya terlihat di atas catatan kertas saja. Itupun jika rekapan administrasi keuangan mereka berjalan dengan baik dan rapi. Lebih rumit lagi jika mereka mendapat usaha yang banyak dan menumpuk. Terkadang tidak bisa membedakan mana yang untung dan mana yang modal, dan mereka sendiri tidak yakin sudah berapa banyak modal yang berputar di dalam bisnis yang mereka jalani.
Jika modal itu disimpan dalam bentuk emas, pastinya sangat berbeda yang terjadi. Mereka akan tahu berapa kepingan/gram emas yang mereka miliki. Jika menuai keuntungan, mereka akan menambah lagi modal yang dijadikan sebagai perputaran tadi dengan membeli emas. Maka, modal itu bisa dipantau dengan cara melihat seberapa kepingan emas atau gram yang dimiliki. Tidak perlu lagi pusing memikirkan rekapan administrasi keuangan yang rumit dan membingungkan. Lebih mudah dan sederhana bukan?
Lebih “Aman” Dibandingkan Deposit Tetap
Bagi para pebisnis. usahawan, dan pedagang yang memerlukan dana pinjaman dari bank untuk mengembangkan usaha bisnisnya, Sebenarnya lebih baik jika dana tersebut disimpan dalam deposit yang tetap. Ia lebih meyakinkan pihak bank untuk memberi pinjaman. Deposit tetap bisa dijadikan sebagai jaminan kepada bank bahwa kita mampu untuk melunasi kembali semua pinjaman yang diberikan.
Akan tetapi jika simpanan dalam deposit tetap tersebut hanya dijadikan sebagai untuk mendapatkan keuntungan tanpa adanya keperluan meminjam dari bank, maka saya berpendapat bahwa emas lebih baik dan lebih terjamin nilainya. Keuntungan yang didapat dari deposit tetap biasanya hanya sekitar 3-4 persen, dan tidak sebanding jika dibandingkan dengan laju inflasinya.
Prosentase tersebut belum dihitung jika ringgit mengalami kemerosotan pada nilainya. Dan perlu diingat bahwa ringgit pernah jatuh sebanyak 50 persen pada tahun 1997 dan terjatuh kembali sebanyak 30 persen pada tahun 2015. Demikian juga dengan rupiah yang di tahun 1997 pernah jatuh terpuruk nilai tukar per 1 US dollar dari Rp2.380 anjlok menjadi Rp16.650 per dollar. Sementara tekanan inflasi di tahun 1996 bertahan di 6.5% terus bergerak menjadi 11.5% di tahun 1997, hingga pada puncaknya menembus 65% di tahun 1998. Lain halnya jika kita menyimpannya dalam emas. Emas adalah aset tahan inflasi dan tahan terhadap jatuhnya ringgit bahkan rupiah.
Pada intinya, dari keempat faktor yang telah kita bahas terebut di atas, para usahawan, para pedagang boleh mempertimbangkan kembali untuk menjadikan emas sebagai salah satu bentuk modal perputaran dalam bisnis. Kapanpun jika memerlukan uang tunai sebagai modal perputaran untuk bisnis, maka segera menuju ke Pegadaian atau lembaga gadai emas lainnya untuk memperoleh uang tunai yang diinginkan. Jika telah kembali hasil dari modal tersebut dan menuai keuntungan, maka segera tebus kembali emas tersebut. bagi saya, emas itu seperti uang tunai, akan tetapi bentuknya lebih aman pada nilainya dalam jangka waktu yang panjang.