Meskipun harga emas telah melonjak naik jauh lebih tinggi dibandingkan ketika saya membelinya pada waktu dulu, belum pernah saya menjualnya hingga saat ini. Mengapa? Karena saya adalah gold saver, dan saya bukan gold investor. Saya telah menjadikan emas sebagai salah satu bentuk simpanan (selain simpanan di bank), dan juga bukan sebagai alat untuk berinvestasi.
Apabila harga emas melonjak naik, saya merasa sangat gembira. Dan apabila harganya turun, saya lebih gembira lagi. Yang membuat saya tidak gembira adalah ketika kepingan emas yang saya miliki tidak bertambah dari tahun ke tahun.
Banyak orang yang bertanya kepada saya, jika membeli emas tetapi tidak untuk dijual, dimana untungnya?. Kemudian saya tanya kembali ke orang tersebut, seandainya punya uang banyak di bank (tapi tidak digunakan untuk keperluan apa-apa), untungnya apa?
Apakah ada bonusnya?
Memang benar, ada bonus dan lain-lain yang bisa kita dapatkan, tetapi dengan deviden yang ada bukan berarti menjadikan kita lebih kaya dan bertambah kaya, malah bisa menyebabkan kita mendapatkan resiko dan menjadikan kemerosotan makin bertambah. Bisa jadi bonus tersebut tidak menguntungkan untuk kita.
Untuk nilai yang lebih terjamin, saya semakin yakin untuk menyimpan emas dalam jangka panjang. Emas yang saya simpan tidak akan dijual kecuali ada keadaan yang memaksa, diantaranya;
- Darurat, jika ada hal darurat dan uang simpanan tersebut telah habis.
- Keuntungan, jika ada peluang yang lebih menguntungkan dan lebih baik dibandingkan menyimpan emas, seperti dijadikan modal untuk berbisnis, atau menukarnya kepada aset yang lebih menguntungkan, seperti membeli tanah yang harganya di bawah harga pasaran.
- Tercapainya impian, jika simpanan emas saya sudah tercapai dan melebihi target, seperti simpanan untuk Pendidikan anak-anak, simpanan untuk berangkat haji dan lain sebagainya
Maka, tanpa 3 alasan diatas, saya tidak akan pernah menukar emas yang saya miliki.
Keistimewaan Emas
Sebagai simpanan jangka panjang, secara pribadi saya lebih suka menyimpan harta dalam bentuk emas (dan aset harta lainnya dalam bentuk fisik) dibandingkan dalam bentuk tunai di bank. Ini dikarenakan:
- Nilainya yang terjamin dalam jangka panjang
- Mudah ditukar dalam bentuk tunai
- Aset (harta) fisik yang terlihat dan mampu dimiliki
- Kekayaan ada pada diri kita
- Sebagai aset yang mudah ditukar
- Tidak ada yang tahu
- Nilainya Yang Terjamin Dalam Jangka Panjang
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, satu dinar yaitu (emas 4.25 gram) bisa digunakan untuk membeli seekor kambing. Hari ini pun begitu, meskipun setelah 1400 tahun yang lalu, harga satu dinar masih bisa kita gunakan untuk membeli seekor kambing. Walaupun kambing tersebut memliki berbagai jenis dan ukurannya. Pokoknya, harga tersebut (satu dinar) masih bisa kita gunakan untuk membeli seekor kambing. Ini adalah bukti bahwa selama lebih dari 1400 tahun, emas masih ada pengaruhnya hingga saat ini.
Ia sangat berbeda dibandingkan uang kertas yang kita simpan di bank.
Dulu, pada tahun 1980-an ketika saya masih duduk dibangku sekolah dasar, anak-anak sekolah pada waktu itu hanya dibekali 50 sen sehari (±Rp 1.500). Jumlah tersebut sangat cukup untuk membeli jajan di sekolah. Tetapi saat ini, 50 sen hanya mampu untuk membeli sebuah kue. Singkatnya, jika kita bekalkan ke anak-anak sekolah dengan uang jajan seharga 50 sen sehari, maka dipastikan mereka akan kelaparan di sekolah!
Maka, terlihat atau tidak bagaimana pengaruh jual beli emas jauh lebih kokoh dan kuat dibandingkan uang kertas ?
Mungkin kita pernah berpikir, penyebabnya adalah ketika harga pada suatu barang menjadi naik. Pada kenyataannya, ada pengaruh jual beli uang kertas yang semakin lama semakin jatuh dan merosot dan itulah penyebabnya. Akibatnya, kita membutuhkan uang yang lebih banyak untuk mendapatkan barang yang sama.
Ini sangat berbeda dengan emas. Nilai kokoh emas seharga satu dinar dengan seekor kambing secara relatifnya tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Ini dikarenakan nilai emas yang terletak pada bobot beratnya dan kemurnian emas itu sendiri. Emas juga tidak perlu jaminan dari siapapun. Sedangkan uang kertas…. dimana nilai yang sebenarnya?
Uang yang kita gunakan pada hari ini tidak mampu memiliki nilai yang lebih dikarenakan nilai pada uang itu sendiri bukan terdapat pada kertasnya, melainkan adanya jaminan dari pemerintah yang mengesahkan uang tersebut. Nilainya pun akan terus berubah-ubah sesuai kepada kestabilan ekonomi negara dan politik pemerintahan.
Aspek lainnya, emas adalah satu-satunya aset keuangan yang nilainya tidak akan pernah menjadi kosong! Emas tidak memiliki tanggal masa berlaku, tidak hangus dan terbakar oleh api, bahkan dalam bentuk bubuk sekalipun, ia tetap ada nilainya. Emas adalah aset yang tidak dapat dibuat dan tidak bisa dimusnahkan sama sekali.
Meskipun aset berharga seperti tanah dan real estate (perumahan) terlihat kokoh dan nyata, tetap masih ada kemungkinan yang besar bahwa harta tersebut bisa menjadi tidak berharga lagi. Coba lihat, apa yang terjadi kepada salah satu apartemen besar yang ada di Highland Tower? (salah satu apartemen di daerah Ulu Klang, Selangor). Apa yang terjadi kepada tanah-tanah di negara yang bergejolak? Akibatnya, hilang nilainya dan tidak ada yang mau untuk membeli.
- Mudah Ditukar Dalam Bentuk Tunai
Emas juga adalah uang tunai, akan tetapi dalam bentuk yang berbeda. Emas juga adalah aset fisik terlihat yang mudah dicairkan (ditukar). Kapanpun jika kita memerlukan uang, kita bisa menjualnya dan menjadikannya sebagai pajak, dan uangnya bisa digunakan untuk keperluan kita.
Emas mudah terjual kapan saja dan dimana saja. Kalaupun ke luar negeri, kita bisa menjualnya jika dalam keadaan terpaksa membutuhkan uang. Dalam sejarah, emas telah digunakan sejak dulu kala sebagai “uang internasional”. Ia adalah uang yang tak terbatas antara waktu dan tempat.
- Aset (harta) fisik yang terlihat dan mampu dimiliki
Selain emas, saya yakin diantara aset harta yang baik untuk disimpan untuk jangka waktu yang lama adalah tanah dan bangunan. Nilainya lebih terjamin untuk jangka panjang dibandingkan aset uang kertas.
Akan tetapi, tanah dan bangunan tidak bisa dibeli dengan modal yang kecil. Meskipun terkadang harganya dipaparkan dalam harga setiap meter persegi, dan kita tidak bisa membeli dengan ukuran satu meter persegi saja, maka dari itu diperlukan modal yang cukup besar untuk membelinya.
Berbeda jika dibandingkan dengan emas. Emas bisa kita kumpulkan sedikit demi sedikit, dimulai dengan satuan ukuran terkecil (1 gram). Emas juga bisa dijadikan simpanan untuk setiap bulan. Sebagai contoh yang pernah disebutkan, kita bisa mendisiplinkan diri untuk menyimpan emas setiap bulannya senilai 1 gram “1 gram 1 bulan” sebagai forgotten saving. Lama-kelamaan tanpa disadari emas kita sudah mencapai 12 gram dalam setahun.
Dengan adanya metode atau cara pembelian emas secara fisik atau terlihat melalui “akun emas” seperti yang ditawarkan oleh perusahaan emas yang resmi dan telah mendapat izin dari pemerintah secara sah seperti Public Gold (di Malaysia dan Indonesia) dan di beberapa lembaga keuangan serta perbankan lainnya, kini setiap orang bisa membeli dan menyimpan emas dengan mudah dan murah.
Dengan cara ini, siapapun bisa memilikinya termasuk golongan pelajar atau mahasiswa yang masih belajar di perguruan tinggi, kampus atau universitas.
- Kekayaan Ada Pada Kita
Pada hakikatnya, kekayaan itu sudah ada pada diri kita jika kita mau dan mampu menyimpan emas dengan baik. Apapun yang berlaku kepada politik dan ekonomi negara, selagi kita punya aset yang baik dalam menyimpan emas itu sudah aman buat kita sebagai pegangan di masa yang akan datang. Nilai emas berdiri dengan sendirinya, nilainya sangat kuat dan kokoh terlihat dari segi berat dan kemurniannya tanpa perlu ada jaminan dari siapapun
Sangat berbeda dibandingkan dengan aset berharga lainnya.
Nilai yang ada pada uang kertas bukan dilihat dari kertasnya. Uang kertas senilai Rp 100.000 jika dipotong menjadi dua, nilainya bukan Rp 50.000 + Rp 50.000, akan tetapi nilainya akan nihil “Rp 0”! jika dicoret pun dampaknya akan mengurangi nilai pada uang tersebut bahkan bisa jadi tanpa nilai. Begitu juga jika disimpan lama dibawah bantal sekalipun, bisa jadi nilainya akan terus berkurang dan tak berlaku lagi dikarenakan ada ketentuan batas waktu dalam nilainya. Sebagai contoh, uang kertas Rp 100.000 pada waktu dulu, sudah tak bernilai lagi dibandingkan uang Rp 100.000 pada saat ini. Meskipun nominalnya sama, akan tetapi ketentuan batas waktu penggunaannya telah berbeda. Uang itupun tidak akan sah digunakan lagi di luar negeri. Dengan kata lain, meskipun uang itu ada pada diri kita, akan tetapi kekayaan itu bukan milik kita.
Nilai uang tersebut terletak pada ketentuan pemerintah dalam mengesahkan nilainya. Harus ada jaminan dari pemerintah untuk memberikan nilai pada selembar uang kertas, seperti yang telah tertulis di balik lembaran uang kertas, “Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Negara Kesatuan Republik Indonesia mengeluarkan rupiah sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai…”
Jaminan tersebut berlaku ketika keadaan ekonomi dan politik sebuah negara dalam keadaan baik dan stabil. Jika sistem pemerintahan dan negara menjadi kacau tak terkendali, maka nilai mata uang pada negara tersebut bisa hilang dan jatuh.
Jadi, sebanyak kita menghemat uang, kita sebenarnya memiliki kekayaan ‘virtual’. Kekayaan tidak ada di tangan kita. Itu bukan uang sungguhan sampai Robert Kiyosaki (seorang guru keuangan) dalam bukunya menamakan uang kertas sebagai ‘funny money’. Hal ini dianggap lucu karena diterbitkan tanpa dibackup dengan aset fisik apapun. Ia tidak mampu menyimpan nilai.
- Sebagai Aset Yang Mudah Ditukar
Emas adalah aset fisik atau nyata yang paling mudah untuk ditukar alih. Ia adalah aset yang “mobile” yang bisa dibawa kemana saja.
Jika kita memiliki tanah atau rumah, emas tidak bisa menjadi sebagai penggantinya. Jika hendak dijual pastinya akan membutuhkan proses yang cukup lama. Adapun proses tercepat yang bisa dikerjakan dalam tempo kurang lebih enam hingga sembilan bulan , dan ini berbeda dibandingkan emas.
Pada waktu dulu, ketika terjadi peperangan yang cukup panjang antara Amerika dan Vietnam, ramai rakyat Vietnam yang meninggalkan negara mereka dan status mereka sebagai pelarian. Rakyat Vietnam pada waktu itu menjual semua harta yang mereka miliki untuk ditukar kepada kepingan emas yang dinamakan Vietnam Kim Thant. Kepingan emas tersebut berbentuk tipis, dan bisa sembunyikan di dalam jahitan baju. Ketika tiba di negara lain, mereka mulai membangun kehidupan baru dengan bermodalkan emas yang mereka bawa,
Ada seorang lelaki separuh baya yang ikhlas berbagi pengalaman kepada saya. Beliau pernah melihat ada beberapa korban pelarian dari Vietnam yang memotong kepingan emasnya untuk dijual di Kuala Kemaman, Terengganu (salah satu kota dibagian utara Malaysia). Emas tersebut adalah uang, dan itu sebagai modal mereka untuk memulai hidup baru ditempat yang baru. Jika mereka membawa kembali uang kertas ke negara mereka, pastinya uang tersebut tidak sah untuk digunakan di negara lain. Untungnya, emas telah menyelamatkan kekayaan mereka dalam pelarian ketika masa peperangan pada waktu dulu.
- Tidak Ada Yang Tahu
Apabila kita menyimpan emas, tidak ada siapapun yang tahu sudah berapa banyak emas yang telah kita simpan. Terkecuali jika diri kita sendiri yang memberitahukan kepada orang lain. Menurut Robert Kiyosaki, emas dan perak merupakan satu-satunya aset keuangan yang tidak ada catatan atau record dalam sistem keuangan.
Dengan keistimewaan dan kelebihan ini, orang yang mengalami kebangkrutan pun bisa menjadi kaya dengan cara menyimpan emas. Dengan cara ini, meskipun telah dianggap bangkrut dari segi harta lainnya, namun jika mempunyai simpanan emas yang cukup maka tidak ada seorang pun yang mampu mengambilnya. Berbeda dengan aset lainnya, dalam artian masih bisa diambil atau disita oleh pihak bank seperti rumah, nomoer rekening, saham dan lain sebagainya.
Akan tetapi, jika tidak tercatat dalam sistem keuangan, maka kita harus memberitahukan kepada ahli waris tentang simpanan emas yang dimiliki. Karena pernah terjadi, ada seorang penyimpan emas yang telah membeli emas seharga RM2 juta ringgit (± 7 milyaran Rupiah), setelah penyimpan emas tersebut meninggal, sayangnya ahli warisnya belum mengetahui akan keberadaan emas yang disimpan nya, dan akhirnya ema s itu hilang begitu saja.